Pesan
Semua Arsip Blog Adalah Untuk Umum Konten di dalam Blog dapat di jiplak dengan Izin Administrasi, Ucapkan Terima Kasih Bila konten Kami Membantu anda.
Kritik & Saran di Kolom Komentar
Apabila anda ingin memberikan info penting silahkan mengirimkan info tersebut ke Google+ kami.
Kritik & Saran di Kolom Komentar
Apabila anda ingin memberikan info penting silahkan mengirimkan info tersebut ke Google+ kami.
Rabu, 24 September 2014
LEGENDA RAKYAT : JAKA TARUB DAN NAWANG WULAN
Jaka Tarub adalah
seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering keluar masuk hutan
untuk berburu maupun menimba ilmu. Ketika suatu hari di malam bulan purnama ia
memasuki hutan, dari kejauhan ia mendengar sayup-sayup suara wanita yang sedang
bercanda. Terdorong oleh rasa penasaran, Jaka Tarub berjalan mencari arah
menuju suara-suara itu. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah danau yang sangat
indah di tengah hutan, beserta 7 orang wanita yang sangat cantik sedang mandi
dan bercanda ria. Dengan mengendap- ngendap, Jaka Tarub berjalan mendekat.
Kemudian ia menemukan pakaian wanita-wanita tersebut yang tergeletak
berserakan. Setelah memilih, ia mencuri salah satunya dan menyembunyikannya.
Beberapa saat pun berlalu dan para bidadari sudah hendak kembali ke khayangan.
6 dari mereka memakai pakaian dan kain mereka, lalu terbang ke langit malam.
Barulah Jaka Tarub mengerti kalau wanita-wanita itu adalah para bidadari
khayangan. Namun seorang bidadari tertinggal di danau. Karena kehilangan
pakaiannya ia tidak bisa kembali ke langit dan kemudian menangis tersedu-sedu.
“Bila ada yang menemukan pakaian dan kainku, bila laki-laki akan kujadikan
suami dan bila perempuan akan kujadikan saudara,” sumpah sang bidadari. Jaka
Tarub kemudian menampakkan dirinya dan menghibur sang bidadari. Ia memberikan
selembar kain untuk dipakai bidadari itu, namun tetap menyembunyikan pakaiannya
supaya ia tak bisa terbang ke khayangan meninggalkannya. Sang bidadari kemudian
memenuhi sumpahnya dan menikah dengan Jaka Tarub. (Ada versi lain dimana Nawang
Wulan tidak perlu bersumpah seperti itu. Ketika Nawang Wulan menangis di danau,
Jaka Tarub langsung muncul dan menghiburnya, lalu ia menawarkan tempat tinggal
untuk Nawang Wulan sampai kemudian akhirnya mereka menikah) Nawang Wulan nama
bidadari itu, sejak menikah dengannya Jaka Tarub hidup berkecukupan. Panennya
melimpah dan lumbung selalu dipenuhi oleh padi tanpa pernah berkekurangan.
Pakaian Nawang Wulan disembunyikan Jaka Tarub di dalam lumbung yang selalu
penuh. Mereka pun dikaruniai seorang anak (bisa anak laki-laki atau anak
perempuan, tergantung versi ceritanya) dan hidup berbahagia. Namun setelah
beberapa lama hidup berumah tangga, terusiklah rasa ingin tahu Jaka Tarub.
Setiap hari ia dan keluarganya selalu makan nasi, namun lumbung selalu tidak
pernah berkurang seolah tak ada padi yang dipakai untuk mereka makan. Suatu
hari Nawang Wulan hendak pergi ke sungai. Ia berpesan pada suaminya supaya
menjaga api tungku di dapur, namun melarangnya untuk membuka tutup periuk (pada
versi lain, Nawang Wulan bahkan melarang Jaka Tarub untuk masuk ke dapur). Jaka
Tarub melakukan pesan istrinya, namun rasa penasaran yang sudah dipendamnya
sejak lama akhirnya membuatnya melanggar larangan yang sudah dipesankan.
Dibukanya tutup periuk dan di dalamnya ternyata hanya ada satu butir beras.
Rupanya selama ini Nawang Wulan hanya membutuhkan sebutir beras untuk memenuhi
kebutuhan nasi mereka sekeluarga dalam sehari. Ketika Nawang Wulan pulang dan
membuka tutup periuk, hanya ada sebutir beras di dalamnya. Marahlah Nawang
Wulan karena suaminya telah melanggar larangannya, dan ia pun menjadi sedih
karena sejak saat itu ia harus memasak nasi seperti manusia biasa. Ia harus
bersusah payah menumbuk padi banyak- banyak menjadi beras sebelum kemudian
menanaknya menjadi nasi. Akibatnya karena dipakai terus menerus, lama kelamaan
persediaan padi di lumbung Jaka Tarub semakin menyusut. Pelan tapi pasti, padi
mereka semakin habis, sementara musim panen masih belum tiba. Ketika suatu hari
Nawang Wulan kembali mengambil padi untuk ditumbuk, dilihatnya seonggok kain
yang tersembul di balik tumpukan padi. Ketika ditarik dan diperhatikan,
teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah pakaian bidadarinya. “Rupanya selama
ini Jaka Tarub yang menyembunyikan pakaianku. Dan karena isi lumbung terus
berkurang pada akhirnya aku bisa menemukannya kembali. Ini pasti sudah menjadi kehendak Yang Di Atas,” pikirnya. Nawang Wulan
kemudian mengenakan pakaian bidadarinya dan mengambil kainnya. Ia lalu menemui
Jaka Tarub untuk berpamitan dan memintanya merawat anak mereka baik-baik. Jaka
Tarub memohon dengan sangat agar istrinya tidak meninggalkannya, namun sudah
takdir Nawang Wulan untuk kembali ke khayangan dan berpisah dengannya.
“Kenanglah aku ketika melihat bulan. Aku akan menghiburmu dari atas sana,” kata
Nawang Wulan. Ia pun kemudian terbang ke langit menuju khayangan, meninggalkan
Jaka Tarub yang menangis dalam penyesalan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar