Pesan

Semua Arsip Blog Adalah Untuk Umum Konten di dalam Blog dapat di jiplak dengan Izin Administrasi, Ucapkan Terima Kasih Bila konten Kami Membantu anda.

Kritik & Saran di Kolom Komentar

Apabila anda ingin memberikan info penting silahkan mengirimkan info tersebut ke Google+ kami.

Senin, 01 Desember 2014

ADAT JAWA

A. UPACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA TENGAH Sebelum melaksanakan upacara adat perkawinan, yang pertama kali harus dilakukan adalah memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar acara dapat berlangsung dengan baik dari awal sampai akhir. Masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya akrab dengan budaya leluhur, bila akan melaksanakan sebuah hajatan, biasanya tak akan lupa menyediakan sesajen di berbagai tempat tertentu, khususnya di sekitar rumah. Prosesi Upacara Pernikahan Adat Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Bersih Lahir Batin Sebelum kedua mempelai terikat perkawinan, Sebelum pesta perkawinan tradisonal ini dilangsungkan, keduanya harus dibersihkan terlebih dahulu baik lahir maupun batin. Tujuannya agar kedua calon mempelai benar-benar bersih dari segala hal dan siap menyongsong status sebagai suami istri dalam keadaan bersih. Midodareni Midodareni adalah acara perkenalan dan silaturahmi antar keluarga. Dari pihak pria dilakukan oleh sesepuh dan keluarga dekat pengantin pria. Selain itu wakil orang tua pengantin pria juga dibekali dengan bingkisan balasan sebagai tanda kasih sayang dari keluarga pengantin wanita. Prosesi midodareni ini adalah awal dari rangkaian pesta pernikahan tradisonal yang biasa dilakaukan di Jawa. Upacara Injak Telur Selanjutnya, Upacara dan Pesta Pernikahan Tradisional ini dilanjutkan dengan Upacara Injak Telur. Acara ini mengandung harapan bagi pengantin wanita untuk segera mempunyai keturunan, karena injak telur ini identik dengan pecah wiji dadi. Telur ini juga mempunyai makna sebagai keturunan yang akan lahir sebagai cinta kasih berdua. Kemudian dilanjutkan mencuci kaki pengantin pria yang dilakukan oleh pengantin wanita yang melambangkan kesetiaan istri pada suaminya. Sikepan Sindur Setelah acara injak telur selesai dilanjutkan dengan sikepan sindur yang dilakukan oleh ibu pengantin wanita. Sindur ini akan dibentangan pada kedua bahu mempelai. Adapun makna upacara ini mengandung harapan bahwa dengan sinfur tersebut kelak keduanya akan semakin erat karena dipersatukan dengan ibunda. Sedangkan tugas ayah sebagai kepala rumah tangga berjalan di muka sebagai pemandu anak mengikuti langkah terbaik dalam hidup yang akan dijalani. Sang ayah bertugas sebagai penunjuk jalan kehidupan di masa depan dan hal ini perlu dijadikan contoh bagi pasangan baru. Acara Pangkuan Acara pangkuan disebut juga dengan istilah timbang bobot. Pada acara ini pengantin pria duduk di paha sebelah kanan dan pengantin wanita duduk di paha sebelah kiri sang ayah pengantin wanita, yang kemudian ditanya oleh sang ibu mana yang lebih berat dan dijawab sama berat. Pada saat ini sang ayah seakan-akan sedang menimbang keduanya yaitu antara anak kandung dan menantu. Maknanya adalah bila kedua mempelai sudah mempunyai keturunan akan memiliki kasih sayang kepada putra-putrinya sebagaimana layaknya sang ayah memiliki kasih sayang yang sama antara anak kandung dan anak menantu. Kacar-Kucur Tahap upacara panggih adalah kacar-kucur. Acara ini melambangkan kesejahteraan dan tugas mencari nafkah dalam kehidupan berumah tangga yang dilakukan dalam bentuk biji-bijian, beras kuning, uang recehan yang semuanya diberikan kepada ibu. Begitu berat tugas suami dalam mencari nafkah, begitu juga istri dalam mengelolanya. Meski begitu mereka tetap ingat kepada orang tua mengingat perannya yang sangat besar dalam kehidupan seseorang. Dahar Klimah | Dulang-dulangan Acara selanjutnya adalah dahar klimah atau dulang-dulangan. Acara ini cukup menarik dan seru karena kedua mempelai saling menyuapi yang dilakukan sebanyak tiga kali dan dilanjutkan dengan minum air putih. Proses ini sebenarnya mengandung harapan agar kedua mempelai senantiasa rukun, saling tolong menolong serta sepenanggungan dalam menempuh hidup baru. Selain itu juga mengandung makna sebagai ungkapan saling mencintai dan saling memperhatikan pada pasangan. Titik Pitik Setelah dahar klimah, upacara titik pitik pun dilaksanakan. Yaitu saat besan datang untuk menyaksikan upacara sakral tersebut. Dengan hadirnya besan berarti keluarga semakin berambah besar dan menjadi satu kesatuan yang kuat sebagai keluarga. Ngabekten | Sungkeman Ngabekten biasa disebut dengan istilah sungkeman atau menyembah. Sungkeman pertama ditujukan kepada orang tua yang diteruskan kepada para sesepuh lainnya seperti nenek, kakek dan sebagainya. Sungkeman ini dilakukan dengan penuh takzim dan membuat suasana haru, karena pasangan muda ini sangat awam dalam menghadapi persoalan kehidupan rumah tangga. Padahal sejak itu mereka harus melangkah sendiri dan akan menjadi orang tua bagi anak-anaknya kelak. Oleh sebab itulah bekal berupa doa restu merupakan hal yang sangat penting dan ditunggu-tunggu oleh pasangan pengantin. Prosesi prosesi tersebut diatas biasanya ada yang dilakukan secara utuh artinya semua kegiatan upacara pernikahan adat tersebut dilaksanakan semua, ada pula yang melaksanakan hanya beberapa bagian dari prosesi tersebut diatas. Semua prosesi tadi biasanya dilakukan sebelum pesta perkawinan atau bersamaan dengan pesta pernikahanyang biasanya menggunakan pesta pernikahan tradisional juga. B. UPACARA PEMAKAMAN MAYAT ADAT JAWA TENGAH 1. Upacara Mendhak Tradisi Mendhak adalah salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budayaJawa.Upacara tradisional ini dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk memperingati kematian seseorang. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk upacara tradisional Mendhak adalah tumpeng, sega uduk, side dishes, kolak,ketan, dan apem. Terkadang, sebelum atau sesudah upacara Mendhak dilaksanakan,s anak keluarga dapat mengunjungi makam saudara mereka.Upacara tradisional ini dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari setelah hari kematian. Pertama disebut Mendhak Pisan, upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari), kedua disebut Mendhak Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian, ketiga disebut sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina, yang dilaksanakan pada hari ke seribu setelah kematian. 2. Upacara Surthanah Upacara Surtanah bertujuan agar arwah atau roh orang meninggal dunia mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. Untuk upacara ini perlengkapan upacara yang disiapkan dibedakan bedasarkan kasta. Untuk golongan bangsawan perlu menyiapkan tumpeng asahan lengkap dengan lauk, sayur adem yang tidak boleh pedas, pecel dengan sayatan daging ayam goreng/panggang, sambal docang dengan kedelai yang dikupas, jangan menir, krupuk, rempeyek, tumpeng ukur-ukuran, nasi gurih, nasi golong, dan pisang raja. Sedangkan untuk golongan rakyat biasa antara lain, tumpeng dengan lauknya, nasi golong, ingkung dan panggang ayam, nasi asahan, tumpeng pungkur, tumpeng langgeng, pisang sajen, kembang setaman, kinang, bako enak dan uang bedah bumi.Upacara ini diadakan setelah mengubur jenazah yang dihadiri oleh keluarga, tetangga dekat, dan pemuka agama. 3. Upacara Nyewu Dina Upacara ini dilaksanakan untuk memohon pengampunan bagi kerabat yang sudah menghadap maha kuasa yang dilaksanakan seribu hari setelah kematian.Untuk upacara ini golongan bangsawan harus menyiapkan takir pentang yang berisi lauk, nasi asahan, ketan kolak, apem, bunga telon ditempatkan distoples dan diberi air, memotong kambing, dara atau merpati, bebek atau itik, dan pelepasan burung merpati. Sementara pada golongan rakyat biasa, nasi ambengan, nasi gurih, ketan kolak,apem, ingkung ayam, nasi golong dan bunga yang dimasukan dalam lodong serta kemenyan.Upacara tersebut diadakan setelah maghrib dan diikuti oleh keluarga, ulama, tetangga dan para kerabat jenazah. 4. Upacara Brobosan Upacara Brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Tradisi Brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut: 1. Peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai, 2. Anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka selama tiga kali dan searah jarum jam, 3. Urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang. Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka. Jadi, jika yang meninggal itu anak-anak, atau remaja, brobosan itu tidak dilakukan. Menurut kepercayaan Jawa, setelah 1 tahun kematian, Arwah tersebut sudah memasuki dunia abadi untuk selamanya. Untuk memasuki dunia abadi, arwah harus menembuh jalan yang sangat panjang oleh sebab itu diadakan beberapa upacara untuk menemani perjalanan sang arwah. C. ADAT BERTAMU JAWA TENGAH a. Bertamu Biasanya jika seseorang bertamu ke rumah orang lain di daerah Jawa Tengah, ia akan membawa sebuah bingkisan atau buah tangan untuk sang pemilik rumah. b. Menerima Tamu Jika ada tamu yang datang, sang pemilik rumah akan dengan senang hati dan mempersilahkannya masuk. Sang tuan rumah juga akan menyuguhi minuman dan berbagai makanan untuk tamunya. D. ADAT MAKAN JAWA TENGAH Cara makan orang Jawa yaitu sebagai berikut : 1. Membiasakan Diri Setelah Beribadah Baru Makan Orang Jawa adalah orang yang tidak ingkar kepada Tuhannya, mereka beribadah dahulu sebelum memulai makan makanan yang disajikan. Sehingga ketika pikiran menjadi tentram dan tidak memikirkan hal lain sehingga berpikir positif maka setelah beribadah mereka akan memulai makan. 2. Mencuci Tangan Dan Kaki Seorang Jawa mengutamakan mencuci dahulu tangan dan kakinya, karena dengan bersih adalah sebagian dari iman untuk orang Jawa. Dan dalam menghadapi hidangan orang Jawa selalu membersihkan seluruh bagian tubuhnya untuk menghormati hidangan yang akan di makan. 3. Membersihkan Tempat dan Meja Makan Sebelum memulai proses makan, mereka mempersiapkan makanan mereka setelah meja dan tempat makan bersih. Bila masih ada kotoran di meja ataupun di lantai tempat mereka makan maka orang Jawa selalu membersihkan dahulu, karena dengan bersih pikiran mereka akan tetap terjaga aman dan sentosa. 4. Mempersiapkan Meja atau Tempat Makan Setelah bersih mereka menghidangkan makanan dan tempat makan mereka untuk dapat membuat hidangan menjadi lebih istimewa. Biasanya menu yang paling khas bagi orang Jawa adalah pecel dan tumpang dan ditambah peyek yang sangat renyah. Makanan mereka lebih cenderung ke makanan dari tumbuhan daripada dari hewan. 5. Mengutamakan Membaca Doa Terlebih Dahulu Doa yang tidak akan pernah terlupakan sebelum makan adalah adat orang jawa. Bila mereka mengutamakan makan maka mereka juga harus mengutamakan doa telebih dahulu. Sehingga hal inilah yang membuat orang Jawa menjadi lebih waspada terhadap segala sesuatu yang akan dilakukan. 6. Mengambil Makanan dalam Jumlah Genap Genap adalah lambang dari kemakmuran dan genap akan menjadikan seluruh pemikiran orang Jawa tertuju kepada kebaikan. Sehingga mengambil apapun seperti nasi, lauk pauk, hingga pencuci mulut mereka menggunakan makanan yang berjumlah genap. 7. Tidak Berisik Orang Jawa cenderung lebih diam atau lebih sedikit tidak bersuara dalam menyantap makanan yang dihidangkan. Karena dengan tidak berisik akan membuat pemikiran yang lebih matang, memikirkan hal positif sehingga membuat ide dan kreatifitas baru dalam menghadapi masalah atau "Bebaya". 8. Makan Perlahan Namun Cepat Jika anda ketahui orang Jawa adalah orang yang paling produktif di Indonesia, karena mereka menerapkan makan perlahan namun cepat. Jika anda perhatikan makan mereka tidak banyak, namun tidak sedikit, mereka makan dengan cara sedikit demi sedikit sehingga menghasilkan kecepatan yang baik. Hal ini akan mempengaruhi pikiran orang Jawa kepada kesuksesan yang perlahan - lahan namun cepat berhasil. 9. Membersihkan Alat Makan dengan Bersih Setelah mereka makan dan piring atau gelas yang dibuat makan pasti mereka membersihkannya dengan sangat bersih. Mungkin dengan sabun juga bisa untuk dibersihkan, karena sabun adalah alat pembersih yang sangatlah baik. Dahulu pernah ada pabrik sabun yang bernama "Saboen Tjap Patjul" yang sangat serbaguna sekali dalam penggunaannya. Sehingga sabun tersebut hingga sekarang di pakai dan di produksi oleh orang Jawa pada umumnya. Harganya murah meriah sekali namun manfaatnya sangatlah banyak. E. PENYAMBUTAN KELAHIRAN ADAT JAWA TENGAH Upacara puputan adalah sebuah upacara yang digelar oleh masyarakat Jawa Tengah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan tatkala bayi mereka baru saja terlepas tali pusarnya (usus plasenta) dari sendi usus perut yang biasa dikenal oleh masyarakat Indramayu sebagai coplok/puput puser yang biasanya 5 atau tujuh hari sesudah bayi lahir di dunia. Untuk waktu pelaksanaan upacaranya sendiri biasanya pada malam hari, tepatnya pukul 24.00 WIB, yang bertempat di rumah orang tua dari bayi yang baru saja dilahirkan tersebut. Disamping sebagai ungkapan rasa syukur, momentum puput puser ini juga biasanya digunakan untuk memberi nama sang bayi yang baru lahir tersebut. Untuk teknis pelaksanaan dari upacara puputan ini sendiri adalah pada pagi atau siang hari orang tua dengan dibantu kerabatnya akan mengedarkan undangan lewat lisan kepada tetangga sekitar rumah bahwa yang bersangkutan akan mengadakan upacara puputan pada malam hari dan mengharapkan kedatangan para undangan untuk bisa hadir dalam upacara tersebut. Barulah kemudian, pada malam harinya (biasanya selepas Isya), setelah para undangan telah berkumpul maka upacara puputan pun dibuka yang diawali dengan bermacam-macam pertunjukkan tradisional sederhana seperti mendengarkan juru tembang melantunkan macapat yang berisi tentang legenda-legenda jaman dahulu seperti babad Cirebon, babad Dermayon, Babad Tanah Jawi, dan sebagainya, yang dibaca langsung oleh sang juru tembang dari sebuah manuskrip kuno yang disebut dengan buku lontar. Barulah setelah waktu menunjukkan jam 12 malam acara inti dari upacara puputan pun dilaksanakan yang dibuka dengan pemberian nama oleh orang tua sang bayi dengan iringan tembang pupuh yang dilagukan oleh juru tembang beserta rombongannya. Pada saat itu, bayi yang semula ditidurkan di kamar bersama ibunya, tepat tengah malam di bawa keluar kamar oleh orang tuanya ke hadapan pimpinan juru tembang dan disaksikan oleh para tamu undangan yang juga berkumpul bersama juru tembang. Pada saat itulah orang tua bayi memberi nama pada bayi tersebut. Selanjutnya bayi dikidung secara khusus agar bayi tersebut dijauhkan dari berbagai macam penyakit dan semoga Allah memberkahinya. Selesai dikidung, sang bayi pun kembali dibawa untuk ditidurkan bersama ibunya di kamar yang dengan itu menandai berakhirnya upacara puputan. Sementara itu, para tamu undangan, bagi yang besok paginya punya kesibukan biasanya akan pulang ke rumah masing-masing, dan bagi yang tak punya kesibukan pada pagi harinya biasanya akan tetap tinggal di situ untuk melekan sampai pagi hari. Barulah setelah waktu menunjukkan jam 12 malam acara inti dari upacara puputan pun dilaksanakan yang dibuka dengan pemberian nama oleh orang tua sang bayi dengan iringan tembang pupuh yang dilagukan oleh juru tembang beserta rombongannya. Pada saat itu, bayi yang semula ditidurkan di kamar bersama ibunya, tepat tengah malam di bawa keluar kamar oleh orang tuanya ke hadapan pimpinan juru tembang dan disaksikan oleh para tamu undangan yang juga berkumpul bersama juru tembang. Pada saat itulah orang tua bayi memberi nama pada bayi tersebut. Selanjutnya bayi dikidung secara khusus agar bayi tersebut dijauhkan dari berbagai macam penyakit dan semoga Allah memberkahinya. Selesai dikidung, sang bayi pun kembali dibawa untuk ditidurkan bersama ibunya di kamar yang dengan itu menandai berakhirnya upacara puputan. Sementara itu, para tamu undangan, bagi yang besok paginya punya kesibukan biasanya akan pulang ke rumah masing-masing, dan bagi yang tak punya kesibukan pada pagi harinya biasanya akan tetap tinggal di situ untuk melekan sampai pagi hari. F. PEMBAGIAN WARISAN ADAT JAWA TENGAH Di dalam masyarakat Jawa, semua anak mendapatkan hak mewaris, dengan pembagian yang sama, tetapi ada juga yang menganut asas sepikul segendongan (Jawa Tengah), artinya anak laki-laki mendapatkan dua bagian dan anak perempuan mendapatkan satu bagian, hampir sama dengan pembagian waris terhadap anak dalam Hukum Islam. Pada dasarnya, yang menjadi ahli waris adalah generasi berikutnya yang paling karib dengan Pewaris (ahli waris utama) yaitu anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga (brayat) si Pewaris. Terutama anak kandung. Sementara untuk anak yang tidak tinggal bersama, tidak masuk ke dalam ahli waris utama. Tetapi ada juga masyarakat Jawa (Jawa Tengah), yangmana anak angkat (yang telah tinggal dan dirawat oleh orang tua angkatnya) mendapatkan warisan dari kedua orang tuanya, baik orang tua kandung atu angkat. Jika anak-anak tidak ada, maka kepada orang tua dan jika orang tua tidak ada baru saudara-saudara Pewaris.