Judul : Kupu-Kupu
Ibu
Penulis : Komang Ira Puspitaningsih
Penerbit : Media Indonesia
Tanggal Terbit : 26 November 2006
Tempat Terbit : Yogyakarta
Kupu-Kupu
Ibu adalah cerpen yang dikarang oleh Komang Ira Puspitaningsih, yang
diterbitkan pada 26 November 2006, melalui Media Indonesia di Yogyakarta.
Komang Ira Puspitaningsih adalah penulis wanita asal Yogyakarta yang lahir pada
31 Mei 1986. Penulis wanita ini menganut agama Hindu. Dia adalah penulis muda
yang. terkenal. Karyanya adalah karya emas di Indonesia.
Komang
Ira Puspitaningsih telah mengarang berbagai puisi dan cerpen. Contoh
puisi-puisi karangannya ialah Gandum-Gandum
Ranum, Kau Bukan Perawan Suci yang
Tersedu, Kerikil Berjatuhan dari Langit, Puisi dan bermacam-macam puisi
lainnya. Salah satu cerpen karangannya yang terkenal ialah Kupu-Kupu Ibu.
Cerpen Kupu-Kupu
Ibu menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Ning yang di
besarkan oleh ayahnya tanpa sosok seorang ibu. Pada awal cerpen, sang Penulis
menggunakan sudut pandang orang pertama. Orang pertamanya adalah Ning. Pada
suatu hari ia mengejar dua ekor Kupu-kupu yang indah hingga bertemu seorang
perempuan yang sedang duduk di sebuah taman. Perempuan itu adalah perempuan
yang pernah di ceritakan oleh ayahnya. Tetapi, perempuan itu tidak seperti apa yang di
ceritakan ayahnya. Ayahnya menceritakan bahwa perempuan itu adalah perempuan
bisu dan seperti penyihir. Namun, pada kenyataannya perempuan itu adalah perempuan
yang cantik dan baik.
Pada bagian selanjutnya, sang Penulis masih menggunakan
sudut pandang orang pertama tetapi mengganti orang pertamanya menjadi Ayah.
Setelah Ning bertemu Perempuan itu, ia pulang menceritakan kejadian itu kepada
Ayahnya. Setelah mendengar yang diceritakan anaknya, Ayah Ning memberi alasan
mengapa ia berkata bahwa Perempuan misterius itu adalah Perempuan yang bisu dan
seperti penyihir. Ayahnya berkata bahwa setiap senja Perempuan itu selalu duduk
ditaman. Ketika langit mulai berwarna jingga ia hadir ditaman itu dengan dua
ekor kupu-kupu yang cantik. Saat hari mulai malam Perempuan itu pergi dari
taman berjalan gontai dengan tundukan kepala yang dalam seakan-akan ia ingin
melupakan seluruh hari yang ia jalani. Orang-orang banyak menyebutnya bisu
karena ia tidak pernah bicara kepada seorangpun di taman itu, hanya mengangguk
tersenyum. Lambat laun orang-orang mulai berfikir bahwa ia memiliki ilmu hitam dan
orang-orang mulai menjauhinya. Lalu Ayahnya berkata bahwa itu ia sengaja menceritakan
itu ke Ning agar ia tidak pergi ke taman dekat sekolah setiap senja.
Lalu, sang Penulis mengganti orang pertama menjadi si
Perempuan misterius. Ternyata Ning kembali menemui perempuan tersebut,di
keesokan harinya setelah pulang sekolah. Perempuan itu pun memerintahkan Ning
untuk pulang agar tidak di marahi oleh ayahnya. Perempuan itu berkata bahwa dia
hanya ingin bermain dengan kupu-kupu yang sering menemaninya dan ia juga
berkata bahwa Ning bisa bermain dengan Kupu-kupu lain yang lebih cantik dari
Kupu-kupu di taman itu. Perempuan itu tidak mau Ning dijauhi oleh orang-orang
karena pernah mengunjunginya.
Pada bagian berikutnya, sang Penulis mengganti orang
pertama menjadi Ning. Pada hari selanjutnya, ia pergi ke taman itu lagi untuk menemui perempuan
tersebut,namun
perempuan itu tidak ada di sana. Ia pulang dan menceritakan ke ayahnya. Ning takut kalau
Perempuan itu marah kepadanya. Namun, Ning yakin Perempuan itu tidak mau bertemu dengannya karena alasan yang lain. Ia juga
meminta ayahnya untuk mengantarkannya ke taman itu karena ia merindukan Perempuan
itu dan kedua Kupu-kupu yang selalu menemaninya.
Pada bagian selanjutnya, sang Penulis lagi-lagi mengganti
orang pertama dengan sang Ayah. Ayah Ning berkata bahwa Ning tidak perlu ke
taman untuk melihat Kupu-kupu yang cantik karena di rumah Ning banyak juga
Kupu-kupu cantik yang datang. Ayahnya menyuruh Ning untuk bermain Kupu-kupu
yang ada di rumah nya saja. Pada bagian terakhir sang Penulis mengganti orang
pertama untuk terakhir kalinya. Ning berkata pada ayahnya bahwa ia tidak ingin
bermain Kupu-kupu lain, ia hanya ingin main dengan permpuan itu,ia hanya ingin ibunya.
Kelebihan cerpen ini adalah kemampuan penulis untuk
membuat cerita dengan menggunakan bahasa sastra sehingga menarik untuk di baca
tetapi cerita ini memiliki banyak kekurangan yaitu terletak pada bahasa sastra
dan bahasa baku yang digunakan apabila yang membaca anak-anak dan orang awam
akan bingung dengan cerpen yang
diceritakan. Cerita ini mengisahkan seorang anak yang
rindu kepada sosok ibu yang telah tiada, ia bertemu dengan seorang perempuan di
taman tetapi perempuan itu tidak diceritakan secara jelas dan dengan bahasa
yang sulit dimengerti sehingga tidak diketahui jelas siapa perempuan itu.
Selain itu cerita ini diceritakan dalam tiga sudut pandang dengan orang yang
berbeda yaitu Ning, Ayah, dan Perempuan ditaman. Karena penggantian sudut
pandang itulah cerita ini semakin membuat pembacanya kebingungan. Lalu, cerpen
ini tidak memiliki resolusi atau
penyelesaian masalah yang membuat pembaca menjadi penasaran.
Tidak
seperti cerpen lainnya, cerpen Kupu-Kupu
Ibu sangatlah berbeda. Cerpen ini lebih panjang, sering berganti orang
pertama dalam sudut
pandangnya yang membuat alurnya menjadi berantakan, serta cerpen ini tidak
memiliki penyelesaian masalah atau resolusi seperti kebanyakan cerpen lainnya.
Pada 3 paragraf terakhir, cerpen ini berkesan seperti sebuah percakapan yang
panjang.
Walaupun cerpen ini susah dimengerti oleh sebagian orang,
untuk orang mengerti pasti akan mendapatkan pesan di cerpen ini, yaitu
pertemanan terkadang tidak melihat seberapa buruk orang itu di mata orang lain.
Pertemanan antara Ning dan Perempuan misterius itu bisa dicontoh, walaupun pada
akhirnya mereka berpisah.
Pengelompokkan Struktur Teks
Struktur
|
Kalimat
|
Orientasi
|
Kupu-Kupu
Ibu adalah cerpen yang dikarang oleh Komang Ira Puspitaningsih, yang
diterbitkan pada 26 November 2006, melalui Media Indonesia di Yogyakarta.
Komang Ira Puspitaningsih adalah penulis wanita asal Yogyakarta yang lahir
pada 31 Mei 1986. Penulis wanita ini menganut agama Hindu. Dia adalah penulis
muda yang. terkenal. Karyanya adalah karya emas di Indonesia.
Komang
Ira Puspitaningsih telah mengarang berbagai puisi dan cerpen. Contoh
puisi-puisi karangannya ialah Gandum-Gandum
Ranum, Kau Bukan Perawan Suci yang
Tersedu, Kerikil Berjatuhan dari Langit, Puisi dan bermacam-macam puisi
lainnya. Salah satu cerpen karangannya yang terkenal ialah Kupu-Kupu Ibu.
|
Tafsiran
|
Cerpen Kupu-Kupu Ibu menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama
Ning yang di besarkan oleh ayahnya tanpa sosok seorang ibu. Pada awal cerpen,
sang Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Orang pertamanya adalah
Ning. Pada suatu hari ia mengejar dua ekor Kupu-kupu yang indah hingga
bertemu seorang perempuan yang sedang duduk di sebuah taman. Perempuan itu
adalah perempuan yang pernah di ceritakan oleh ayahnya. Tetapi, perempuan itu tidak seperti apa yang di
ceritakan ayahnya. Ayahnya menceritakan bahwa perempuan itu adalah perempuan
bisu dan seperti penyihir. Namun, pada kenyataannya perempuan itu adalah
perempuan yang cantik dan baik.
Pada bagian selanjutnya, sang
Penulis masih menggunakan sudut pandang orang pertama tetapi mengganti orang
pertamanya menjadi Ayah. Setelah Ning bertemu Perempuan itu, ia pulang
menceritakan kejadian itu kepada Ayahnya. Setelah mendengar yang diceritakan
anaknya, Ayah Ning memberi alasan mengapa ia berkata bahwa Perempuan
misterius itu adalah Perempuan yang bisu dan seperti penyihir. Ayahnya
berkata bahwa setiap senja Perempuan itu selalu duduk ditaman. Ketika langit
mulai berwarna jingga ia hadir ditaman itu dengan dua ekor kupu-kupu yang
cantik. Saat hari mulai malam Perempuan itu pergi dari taman berjalan gontai
dengan tundukan kepala yang dalam seakan-akan ia ingin melupakan seluruh hari
yang ia jalani. Orang-orang banyak menyebutnya bisu karena ia tidak pernah
bicara kepada seorangpun di taman itu, hanya mengangguk tersenyum. Lambat
laun orang-orang mulai berfikir bahwa ia memiliki ilmu hitam dan orang-orang
mulai menjauhinya. Lalu Ayahnya berkata bahwa itu ia sengaja menceritakan itu
ke Ning agar ia tidak pergi ke taman dekat sekolah setiap senja.
Lalu, sang Penulis mengganti
orang pertama menjadi si Perempuan misterius. Ternyata Ning kembali menemui
perempuan tersebut,di keesokan harinya setelah pulang sekolah. Perempuan itu
pun memerintahkan Ning untuk pulang agar tidak di marahi oleh ayahnya.
Perempuan itu berkata bahwa dia hanya ingin bermain dengan kupu-kupu yang sering
menemaninya dan ia juga berkata bahwa Ning bisa bermain dengan Kupu-kupu lain
yang lebih cantik dari Kupu-kupu di taman itu. Perempuan itu tidak mau Ning
dijauhi oleh orang-orang karena pernah mengunjunginya.
Pada bagian berikutnya, sang
Penulis mengganti orang pertama menjadi Ning. Pada hari selanjutnya, ia pergi ke taman itu lagi untuk menemui perempuan
tersebut,namun perempuan itu tidak ada di sana. Ia pulang dan menceritakan ke ayahnya. Ning takut kalau
Perempuan itu marah kepadanya. Namun, Ning yakin Perempuan itu tidak mau bertemu dengannya karena alasan yang lain. Ia
juga meminta ayahnya untuk mengantarkannya ke taman itu karena ia merindukan
Perempuan itu dan kedua Kupu-kupu yang selalu menemaninya.
Pada bagian selanjutnya, sang
Penulis lagi-lagi mengganti orang pertama dengan sang Ayah. Ayah Ning berkata
bahwa Ning tidak perlu ke taman untuk melihat Kupu-kupu yang cantik karena di
rumah Ning banyak juga Kupu-kupu cantik yang datang. Ayahnya menyuruh Ning
untuk bermain Kupu-kupu yang ada di rumah nya saja. Pada bagian terakhir sang
Penulis mengganti orang pertama untuk terakhir kalinya. Ning berkata pada
ayahnya bahwa ia tidak ingin bermain Kupu-kupu lain, ia hanya ingin main
dengan permpuan itu, ia hanya ingin ibunya.
Kelebihan
cerpen ini adalah kemampuan penulis untuk membuat cerita dengan menggunakan
bahasa sastra sehingga menarik untuk di baca tetapi cerita ini memiliki
banyak kekurangan yaitu terletak pada bahasa sastra dan bahasa baku yang
digunakan apabila yang membaca anak-anak dan orang awam akan bingung dengan
cerpen yang diceritakan. Cerita ini
mengisahkan seorang anak yang rindu kepada sosok ibu yang telah tiada, ia
bertemu dengan seorang perempuan di taman tetapi perempuan itu tidak
diceritakan secara jelas dan dengan bahasa yang sulit dimengerti sehingga
tidak diketahui jelas siapa perempuan itu. Selain itu cerita ini diceritakan
dalam tiga sudut pandang dengan orang yang berbeda yaitu Ning, Ayah, dan Perempuan
ditaman. Karena penggantian sudut pandang itulah cerita ini semakin membuat pembacanya
kebingungan. Lalu, cerpen ini tidak memiliki resolusi atau
penyelesaian masalah yang membuat pembaca menjadi penasaran.
|
Evaluasi
|
Tidak
seperti cerpen lainnya, cerpen Kupu-Kupu
Ibu sangatlah berbeda. Cerpen ini lebih panjang, sering berganti orang
pertama dalam sudut pandangnya yang membuat alurnya menjadi
berantakan, serta cerpen ini tidak memiliki penyelesaian masalah atau
resolusi seperti kebanyakan cerpen lainnya. Pada 3 paragraf terakhir, cerpen
ini berkesan seperti sebuah percakapan yang panjang.
|
Rangkuman
|
Walaupun cerpen ini susah dimengerti oleh sebagian
orang, untuk orang mengerti pasti akan mendapatkan pesan di cerpen ini, yaitu
pertemanan terkadang tidak melihat seberapa buruk orang itu di mata orang
lain. Pertemanan antara Ning dan Perempuan misterius itu bisa dicontoh,
walaupun pada akhirnya mereka berpisah.
|
Terima kasih ulasannya. Menarik sekali. 😊
BalasHapus